Ke Haranggaol Lagi




Pagi menjelang, udara dingin menyelusup ke tulang. Samar-samar sinar jingga keemasan dipantulkan si Danau Toba, menemani para nelayan menarik jala, membangunkan lagi ingatan lama.

Masih pukul enam pagi, tapi aku sudah sibuk ingin keluar penginapan. Aku tak sabar melihat kembali luasnya danau ini. Dulu waktu masih kecil, aku suka menangkap ikan sembari mandi. Aku penasaran, seperti apa penampilan danau terbesar itu kini. 

Tak lupa memakai jaket, aku keluar kamar. Wow, danau luas berpagar tebing hijau membentang di depan mata. Ada banyak keramba ikan di sana. Sayang.




Desa ini nampaknya sudah bangun dari subuh tadi. Para pemilik keramba mungkin sudah selesai memberi makan ikan. Beberapa ada yang hilir mudik dengan solu (sampan kecil) mereka. Anjing penjaga penginapan juga sudah dapat jatah sarapan, satu ekor ikan gurami besar nampak mulai dijilat-jilat olehnya. Anak-anak sekolah sudah rapi, menuju sekolah dengan jalan kaki. Asap mengepul dari bagian belakang beberapa rumah warga, tanda para ibu mengadu sutil dan belanga. Desa.


Beberapa belas tahun yang lalu aku pernah ke sini, menghadiri acara pernikahan saudara. Tapi ingatanku bilang, Haranggaol tak seperti ini. Dulu, aku tak yakin ada banyak keramba seperti sekarang. Jalan beraspal itu pun aku tak ingat lagi. Desa ini berkembang.

Dekat dengan Haranggaol, ada satu desa lagi yang kukunjungi; Purba Saribu. Aku suka desa ini. Mengunjungi salah satu opung yang tinggal di sana, aku melihat hidup yang lebih sederhana. Tak banyak rumah di desa itu, berbukit-bukit dan banyak anak anjingnya. Tapi yang paling kusuka adalah aku mandi di pancuran alami. Berkesan sekali. Tau sendiri hobiku adalah mandi di tempat-tempat yang masih alami daripada di kamar mandi. 

Semua urusan baik di Haranggaol maupun di Purba Saribu selesai. Tak sampai setengah hari di sana, aku dan yang lain melanjutkan perjalanan. Sebelum benar-benar meninggalkan desa itu, kami mampir di kedai kopi milik saudara untuk bertegur sapa. Tak lupa kami menyeruput secangkir kopi susu Kok Tong hangat dan kue bulan nikmat.


Jalan berkelok dan mendaki menghantar kami pergi. Danau Toba makin menjauh, tapi keindahannya makin terlihat. Aku terus memperhatikannya sampai aku benar-benar tak bisa lagi melihatnya. Akhirnya aku bertemu Danau Toba lagi. Perjalanan menyenangkan, rasa kenangan. 

——
Kalo kalian pernah punya pengalaman menyenangkan di Haranggaol, bisa share di kolom comment ya. 





Comments

Post a Comment