Jalan-jalan adalah Cara Saya Mencintai dan Mengagumi Sang Pencipta
Tuhan itu tidak mengajarkan saya cara bersyukur di dalam gereja, tapi Dia mengajarkan saya cara bersyukur dari setiap perjalanan yang saya lakukan. Tuhan itu tidak pernah mengajarkan saya cara menikmati hidup di gereja, tapi Dia mengajarkan saya menikmati hidup dengan pantai, air terjun, bukit, danau dan semua hal menarik yang ribuan tahun lalu, kata kitab suci, Ia ciptakan.
Ibu saya selalu khawatir karena sekarang saya lebih sering pergi ke sana ke mari pada Hari Minggu dari pada ke gereja. Wajar, beliau hidup dari kecil dengan cara seperti itu. Namun nampaknya hal itu tidak menurun kepada saya. Saya lebih senang menyapa Tuhan dengan mengapresiasi semua karyaNya. Mulai dari yang terbaik, hingga yang terburuk. Dengan cara apa? Jalan-jalan.
Jalan mengantarkan saya kepada bayak hal. Hal menyenangkan, mengagumkan, menyedihkan atau membahayakan yang pada akhirnya membuat saya mengerti bahwa Tuhan itu asyik. Tuhan menjadi tidak membosankan lagi, Tuhan menjadi lebih dekat dan perlu diakui bahwa Dia adalah creator terbaik untuk segala hal. Dari jalan juga saya belajar bersyukur. Saya tidak akan pernah tahu betapa beruntungnya saya ketika bertemu dengan jalan cor semen sederhana kalau saya tidak pernah jatuh di jalan koral yang curam. Itu tidak saya dapat di gereja, tapi saya dapat di jalan.
Ibu saya selalu khawatir bahwa saya akan meninggalkan Tuhan karena saya jadi jarang ke gereja. Saya tertawa. Ibu saya lucu. Ibu, gereja saya adalah semua yang sudah Tuhan ciptakan, bukan bangunan yang manusia ciptakan itu saja. Tenang saja, setelah semua hal yang terjadi dalam hidup saya, saya sudah tidak bisa menghujat Tuhan lagi, apalagi meninggalkanNya. Hanya saja, ini cara saya untuk mencintaiNya.
Comments
Post a Comment